Minggu, 15 Maret 2009

Bukan Hanya Mimpi

Tiba-tiba aku barada di tempat yang tak asing bagiku. Suatu tempat dengan jembatan yang sama, terbuat dari potongan kayu yang terikat dengan tali. Di sampingnya terdapat lampu gantung yang sama pula. "Di mana aku ?" kataku lirih.

Aku berjalan di atas jembatan gantung yang tampak goyah dalam setiap langkahku. Takut akan jatuh, aku pun berhenti sejenak untuk menghela nafas. Tidak seberapa jauh aku berdiri, ku lihat dua orang berdiri di ujung jembatan. Entah apa yang mereka lakukan. Aku mencoba mencari tahu. Aku berjalan menghampiri mereka. Namun semakin dekat ku melangkah, semakin jauh gadis itu melangkah, hingga hilang di tengah pekatnya kabut yang datang secara tiba-tiba. Walaupun demikian, aku tetap meneruskan langkahku. Aku hampiri seseorang yang masih berdiri di ujung jembatan yang sedang melihat gadis itu dengan tatapan penuh iba.

"Hai....!" sapaku, "Kamu siapa ?" tanyaku pada seorang pemuda yang berdiri di depanku. Dia tidak menjawab. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya ?" tambahku. Dia tetap tidak bergeming. Dia tetap diam terpaku dengan ekspresinya yang datar.

Entah kenapa pikiranku menjadi kosong dan tak terasa kami pun berjalan berdampingan menyusuri jalan kecil yang terbuat dari kayu yang tersambung dengan jembatan tadi. Kami berjalan dengan perlahan menuju ke sebuah kursi panjang yang bisa muat untuk di duduki empat orang. Dia lalu duduk di kursi itu. Aku pun mengikutinya. Kami duduk agak berjauhan.

Aku masih bingung akan tingkah lakunya itu. Aku pandangi dia lekat-lekat, berharap dia menyadarinya. Tapi ternyata tidak. Dia tetap asyik dengan dunianya sendiri. Dia tetap diam dengan ekspresinya yang begitu menyayat hati. Sebenarnya siapa dia. Aku ingin menegurnya lagi, tetapi lidahku terasa keluh dan mulutku terkunci. Aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Kemudian aku urungkan niatku tersebut.

Aku ikuti arah kedua bola matanya yang menatap begitu tajam ke arah depan, dan ternyata aku dapati seorang gadis yang berdiri di bawah lampu gantung yang lain. Ternyata dia adalah gadis yang ku lihat tadi. Dia berdiri membelakangi kami dengan tangan kirinya memegang tiang lampu gantung di seberang sana.

Masih aku lihat seseorang di sampingku masih memandang gadis itu. Namun tiba-tiba dia menoleh ke arahku. Untuk sesaat aku sempat mengenalinya, tapi aku masih meragukannya. Setelah itu dia berdiri lalu menghampiri gadis tadi. Aku mencoba mengikutinya, namun gagal. Tubuhku tak bisa aku gerakkan. Aku hanya bisa duduk diam dan melihat apa yang akan terjadi nanti.

Tidak berapa lama, ku lihat dia sudah berada di samping gadis itu. Lalu dia memegang kedua tangan si gadis. Mereka pun saling berhadapan. Dia mulai tersenyum simpul. Kenapa hatiku terasa sakit ? Sekarang aku menjadi gelisah. Aku hanya bisa menyaksikanmereka tanpa bisa berbuat apa pun. Entah mengapa hatiku semakin menjadi hancur, hingga tak terasa air mataku sudah mengalir. Mengalir membasahi pipiku. Aku hanya bisa tertunduk sambil berlinang air mata.

Begitu asyiknya aku dengan tangisan ini, hingga aku tidak menyadari ada orang yang duduk tepat di tepmat pemuda tadi duduk. Aku menoleh, ku coba melihat lebih jelas lagi siapa dia. Namun mataku sudah penuh dengan air mata, sampai aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Walau dengan samar aku bisa melihat dan merasakan kedua tangannya menghapus air mataku dengan lembutnya, tapi aku tetap tidak bisa melihatnya dengan jelas. Siapa sebenarnya dia ?

Tiba-tida kabut pekat menghampiri kami. Dengan seketika semua menjadi gelap. Gelap tanpa cahaya sedikit pun. Semua ini membuatku takut.... Aku menjadi semakin gelisah..... Aku bingung.....

Aku tak bisa melihat dan mendengar suara apa pun. Bahkan tanganku sendiri tak terlihat, begitu pun jerit suaraku yang hanya bisa menggema lagi di kerongkongan.
Kenapa ini ? Ada apa denganku ?

Jika ingin tahu jawabannya....
tunggu Bukan Hanya Mimpi 2


bersambung